ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR
I.PENGERTIAN
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144)
Fraktur tertutup adalah fraktur tidak meluas melewati kulit.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi.
II.ANATOMI FISIOLOGI
Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).
Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan sering menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan penutup tulang sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis (Black, J.M, et al, 1993)
Tulang Humerus
Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan ujung bawah.
Kaput
Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi fraktur.
Korpus
Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral batang, tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid). Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.
Ujung Bawah
Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat persendian dengan ulna dan disebelah luar etrdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)
Fungsi Tulang
Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
Tempat mlekatnya otot.
Melindungi organ penting.
Tempat pembuatan sel darah.
Tempat penyimpanan garam mineral.
(Ignatavicius, Donna D, 1993)
III.ETIOLOGI
Trauma langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil maka tulang akan patah, tepat ditempat benturan.
Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur di tempat yang jatuh dari tempat terjadinya trauma.
Truma akibat tarikan otot, jarang terjadi.
Adanya metastase kanker tulang dapat melunakkan struktur tulang dan menyebabkan fraktur
Adanya penyakit primer seperti osteoporosis.
( E. Oerswari, 1989 : 147 )
IV.PATOFISIOLOGI
V. KLASIFIKASI FRAKTUR
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
Berdasarkan sifat fraktur.
1).Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2).Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1).Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2).Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a)Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b)Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
c)Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.
1).Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2).Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
3).Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
4).Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5).Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
Berdasarkan jumlah garis patah.
1)Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2)Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3)Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1).Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.
2).Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
a)Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).
b)Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c)Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a.Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b.Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c.Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
d.Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement.
(Apley, A. Graham, 1993, Handerson, M.A, 1992, Black, J.M, 1995, Ignatavicius, Donna D, 1995, Oswari, E,1993, Mansjoer, Arif, et al, 2000, Price, Sylvia A, 1995, dan Reksoprodjo, Soelarto, 1995)
VI. TANDA DAN GEJALA
1.Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a.Rotasi pemendekan tulang
b.Penekanan tulang
2.Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3.Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4.Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5.Tenderness/keempukan
6.Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7.Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8.Pergerakan abnormal
9.Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10.Krepitasi.
( Joyce. M. Black, 1993 : 199 )
V.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
Mengetahui tempat dan type fraktur
Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik
2.Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3.Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4.Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5.Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati.
( Marlyn E. Doenges, 1999 : 762 )
VI.PENATALAKSANAAN
1.Faktor Reduction
Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.
Peralatan traksi :
Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.
2.Fraktur Immobilisasi
Pembalutan (gips)
Eksternal Fiksasi
Internal Fiksasi
Pemilihan Fraksi
3.Fraksi terbuka
Pembedahan debridement dan irigrasi
Imunisasi tetanus
Terapi antibiotic prophylactic
Immobilisasi
VII.ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.Aktivitas/istirahat
Tanda : keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena ( mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri )
2.Sirkulasi
Tanda :
Hipertensi (kadang-kadang terlihat senbagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)
Takikardi ( respon stress, hipovolemi )
Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler, lambat, pusat bagian yang terkena.
Pembengkakan jaringan atau masa hematon pada sisi cedera.
3.Neuro sensori
Gejala :
Hilang gerakan/sensori, spasme otot
Kesemutan
Tanda :
Deformitas local angurasi abnormal, pemendekan, rotasi krepitasi (bunyi berdent) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.
Agitasi (mungkin badan nyeri/ansietas/trauma lain)
4.Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada immobilisasi) tidak ada nyeri akibat kerusakan syaraf.
Spasme/kram otot (setelah immobilisasi)
5.Keamanan
Tanda :
Laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
6.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
Lingkungan cedera memerlukan bantuan dengan transplantasi, aktivitas perawatan diri dan tugas pemeliharaan/perawatan rumah.
( Marlyn E. Doenges, 1999:762 )
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2.Intoleransi terhadap disfungsi necrovaskuler primer berhubungan dengan penurunan aliran darah cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus hipovolumna
3.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuro muscular, nyeri terapi rastriktif ( immobilitas tungkai)
PERENCANAAN
Dignosa :
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunuitas jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang atau hilang
Klien tampak tenang.
Intervensi dan rasional :
a.Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
b.Kaji tingkat indensitas dan frekwensi nyeri
R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c.Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri
d.Observasi TTV
R/ untuk mengetahui perkembangan klien
e.Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.
Diagnosa :
Intoleransi terhadap disfungsi neuromuskular perifer berhubugan dengan penurunan aliran darah cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus hipovolemia
Tujuan : fungsi neuromuskuler normal
Kriteria Hasil :
Mempertahankan perfungsi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit basah/kering sensori normal. Sensori biasa TTV, pengeluaran urine untuk situasi individu.
Intervensi dan Rasional :
a.Evaluasi adanya/kualitas nadi perifer distal terhadap cedera melalui palpasi/dopper. Bandingkan dengan ekstremitas yang sakit
R/ penurunan/tidak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi.
b.Kaji aliran kapiler warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur
R/ kembalinya warna harus cepat (3-5 detik) warna kulit putih menunjukkan bagian arterial siasonis diduga ada gangguan vena.
c.Awasi posisi/lokasi cincin penyokong beban
R/ alat traksi dapat menyebabkan tekanan pada pembuluh darah/saraf terutama pada aksila dan lipatan paha, mengakibatkan iskemia dan kerusakan saraf permanent
d.Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba-tiba
R/ dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut dapat menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan dengan akibat hilangnya aliran ke distal
e.Awasi tanda-tanda vital, perhatikan tanda-tanda pusat/sianosis umum, kulit dingin perubahan mental
R/ ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan
f.Berikan kompres es sekitar fraktur sesuai indikasi
R/ menurunkan edema/pembentukan hematoma yang dapat mengganggu sirkulasi
g.Bebat/buat spalk sesuai dengan kebutuhan
R/ mungkin dilakukan pada keadaan darurat untuk menghilangkan restriksi sirkulasi yanhg diakibatkan oleh pembentukan edema pada extremitas yang cedera
Diagnosa :
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskular nyeri terapi restriktif (immobilasi tungkai)
Kriteria Hasil :
Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsional
Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.
Menunjukkan teknik yang melakukan aktivitas
Inervensi dan Rasional :
a.Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan oeh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap immobilisasi
R/ deteksi dini persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemauan kesehatan.
b.Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit
R/ meningkatakan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktor/atrofi, dan resopsi kalsium karena tidak digunakan.
c.Berikan papan kaki, bebat pergelangan, gulungan trokonter/tangan yang sesuai
R/ mempertahankan posisi fungsional ekstremitas, tangan/kaki, dan mencegah komplikasi
d.Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang sakit
R/ kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot.
e.Kolaborasi dalam ahli terapi fisik/okpasi dan/rehabilitasi spesialis
R/ berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M.1993 Medical Surgical Nursing W.B Sainders Company. Philadelpia
Doenges, Marilyn E 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3
Made Kariasa, Nimade Sumarwati Editor Monicaester, Yasmin Asih EGC, Jakarta
E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta
Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar